Jumat, 22 April 2011

gap itu memang ada

gap itu memang ada - pengalaman buruknya : ada kecoa dikamar mandi hotel
Perusahaan jasa sangat rentan sekali terhadap complaint ,mengapa? Karena jasa merupakan sesuatu yang intangible, tak terlihat, tak terasa, tak bisa diraba, serta tidak menimbulkan kepemilikan apapun. Perusahaan jasa, sebut saja salah satunya hotel, pada era sekarang ini harus lebih terfokus pada costumer, dengan tidak mengesampingkan kualitas pysichal evidence, adanya kecoa dalam suatu kamar mandi didalam hotel merupakan kesalahan fatal yang bisa saja menghancurkan cita/branding image yang telah dibangun sekian lama rusak dengan seketika,  bisa anda banyangkan apa yang akan terjadi bila hotel yang anda kelola ditengah kesuksesannya tiba-tiba hancur/decline hanya karena “kehadiran” kecoa saja, kesal bukan, atau bahkan anda sangat sangat kesal sekali,
Memang sulit sekali mengukur kualitas jasa, namun ada beberapa indicator yang menunjukkan baiknya kualitas jasa yang disandarkan pada kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction) yaitu keadaaan dimana saat persepsi  sesuai/sama dengan harapan konsumen, disamping itu bila kualitas ditujuan pada physical evidence/produk tangible ada beberapa indikatornya sebagaimana yang disampaikan oleh Juran (Hunt, 1993:3) seperti teknologi (kekuatan atau daya tahan), psikologis (citra rasa atau status), waktu (kehandalan), kontraktual (adanya jaminan) , etika (sopan santun/ramah), sebagai tambahan garvin menyatakan bahwa ada beberapa dimensi kualitas yang bisa dijadikan sebagai indicator kualitas yaitu
-          Estetika
-          Kemampuan pelayanan (service quality)
-          Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)
-          Daya tahan (durability)
-          Konformansi (conformance)
-          Keandalan (reliability)
-          Keistimewaan (features)
-          Performa (performance)
Gap Yang Ke Berapa? Gap yang ke -2 (Customer-driven service design and standards)
Adanya kecoa didalam kamar mandi hotel menandakan kualitas kamar tersebut jauh dari yang diharapkan, hal itu bisa terjadi karena beberapa hal salah satunya dikarenakan kurang perhatian/kelalaian, perawatan dari roomboy, kelalaian ini ada kemungkinan disebakan oleh standar operasional (GAP 2 - Customer-driven service design and standards) yang tidak secara tepat menjelaskan work-focused kepada roomboy untuk setiap kamar, atau bahkan perusahaan tidak menegaskan secara rinci quantity/jumlah kamar yang harus dibersihan oleh tiap roomboy dalam 8 jam/waktu tertentu,
            Kasus pada Gap ke-2 ini kerap kali terjadi, hal ini dikarenakan manajemen mungkin memahami secara tepat  keinginan pelanggan, tetapi tidak menetapkan suatu set standar kinerja spesifik. Dalam kasus lain, sebut saja di suatu rumah sakti, pengurus rumah sakit menyuruh perawat untuk memberikan pelayanan yang cepat tanpa menentukannya secara kuantitatif. Pengalaman saya yang saya tulis di “post” sebelum nya didalam blog saya, jelas menunjukkan bahwa standar operasional procedure memberikan cukup dampak yang cukup berakibat fatal  pada operasional, kinerja dan kepuasan pelanggan, untuk itu perusahaan jasa harus semakin cekatan dalam memasang “senjata” jitu dalam memenangkan persaingan dipasar.
  Cara Mengatasinya
ada beberapa cara untuk mengatasi Gap/kesenjangan diatas, yaitu: -
- perusahaan harus mampu membangun komitmen bersama untuk menciptakan visi di dalam perbaikan proses pelayanan
alasan: komitmen dibangun didalam sebuah perusahaan dengan tujuan untuk menumbuhkan profesionalitas, kebersamaan, serta menciptakan budaya jasa yang kuat dalam sebuah perusahaan, karena budaya jasa selalu berfokus pada kepuasan pelanggan dan pelayanan.
membangun standar operasional procedure yang jelas, spesifikasi, terinci, serta mendukung keberhasilan pancapaian visi, misi perusahaan 
     alasan:   Standar Operasional Procedure yang jelas diharapkan mampu memberikan arahan yang tepat pada setiap actor perusahaan jasa, memberikan mereka suatu landasar atau dasar untuk mereka mencapai kinerja yang baik.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar