Kamis, 14 April 2011

introduction

GUGUNG’S SAKer

“what’s in the name? that which we call a rose. By any other name would smell as sweet”
Itulah kalimat yang sangat popular dari drama romantic tragedy mahakarya William Shakespeare, “Romeo and Juliet”. Singkatnya Shakespeare ingin menyampaikan bahwa bunga mawar itu kalaupun diberi nama selain “mawar” bau wanginya akan tetap sama. Tapi berbeda sekali dengan pendapat Jack Trout dan Al Ries, dalam buku terkenal nya “the battle for your mind, jelasnya mereka mengkritik pendapat Shakespeare bahwa kalau bunga mawar itu dikasih nama selain “mawar”, wanginya tidak akan terasa sama. Hal ini karena dalam benak kita sudah muncul persepsi yang kuat seperti apa “mawar” itu, baik secara visual maupun baunya.
Maka dari itu begitu pentingnya sebuah “nama”, karena “nama”lebih dari sekedar istilah, symbol, ataupun tanda, “nama” memberikan suatu ciri tertentu dari atribut kita, karena kita adalah produk dari perkataan, fikiran dan perbuatan. Lebih dari itu, “nama”merupakan “value indicator”, anda tertarik apa sebenarnya value indicator itu? Bagaimana sebuah nama bisa bersinggungan dengan yang namanya “value”? atau bagaimana nama bisa memberikan cukup dampak pada kita?
Sebelum lebih lanjut menjelaskan tentang paradigm diatas perkenalkan Nama saya, Gugung Gumilar, saya adalah salah satu mahasiswa dari Sekolah Tinggi pariwisata Bandung (STPB) yang banyak dikenal dengan Enhaii (NHI), sudah hampir 6 semester saya belajar tentang Studi akomodasi dan Katering (SAK) di sana. Garut adalah kota kelahiran saya, kota yang memendam sejuta kenangan semasa kecil saya, ya masa kecil,masa-masa dimana saat itu kita begitu polos, jujur tanpa dosa, sarat akan pengetahuan dan sesuatu yang baru. Semua orang punya kenangan manis ditempat mereka dibesarkan begitupun saya adanya, masa kecil saya di kota intan itu sangat menyenangkan, dari mulai saya Sekolah Dasar (SD) ampe saya sekolah menengah umum (SMU). Ada satu cerita lucu semasa saya duduk di Kelas pertama SMP, waktu itu tepat jam 12 siang, saya ingat betul di hari itu, hari rabu, saya dan 4 kawan lainnya disuruh menyanyikan lagu kebangsaan indoneisa, Indonesia Raya, ketika kami bernyanyi tak tahu kenapa saya heran teman-teman dan guru-guru melihat kearah saya sambil tertawa terbahak-bahak, terus menertawai saya, ada teman saya yang memberitahu saya, “gung gung itu anunya kelliatan” sayapun baru sadar kalau “sleting” saya kebuka. Itu takkan pernah saya lupakan.
Cerita lucu semasa kecil terkadang membuat kita sadar betapa polosnya kita saat itu, cerita sedihpun bila diingat sekarang, terkadang membuat kita tertawa, selintas berfikir kok bisa ya dulu kita seperti itu. namun sekarang tanpa terasa kita sudah menginjak remaja, perlahan namun pasti kita harus siap mengemban tanggung jawab yang akan kita pikul kedepan, semua hal yang terjadi pada kita adalah cara Tuhan yang paling baik untuk memuliakan kita, karena kedewasaan timbul bukan karena kita sudah tua/berumur, tapi timbul dari sikap kita dalam menghadapi masalah.
Namun siapa kita sebenarnya? Sebenarnya sulit sekali untuk menjawab pertanyaan itu, Diibaratkan sebagai sungai, kita adalah ikan yang terus berenang melawan arus, berjuang mempertahankan diri. laksana warna, kita adalah campuran dari beragam warna, mempunyai karakter tersendiri yang berbeda-beda, sekali lagi saya tekankan karena kita adalah produk dari perkataan, fikiran dan perbuatan.
,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar